Sabtu, 14 Mei 2011

janji sahabat

Di malam hari yang sangat gelap dengan sinaran lampu-lampu kecil dan udaranya yang dingin. Aku , shinta dan Revine pergi berjalan menuju lapangan bulu tangkis yang letaknya tidak begitu jauh dari cottage yang aku singgahi. Kami pergi ke lapangan bulu tangkis untuk bermain bulu tangkis. Dari kejauhan aku melihat dua orang cowok yang salah satunya sangat tampan. “eh,lihat deh cowok itu anak panti asuhan kan?” kata shinta. “eh,eh lihat deh itu siapa sih yang memakai baju hitam itu? Jelek sekali!” teriak aku. Lalu cowok itu mendekati aku dan dia bertanya kepada aku.
“ada apa?” Tanya cowok itu kepada aku.
“ehmmm.. “sambil menyenggol tangan Shinta dan Revine.
“Enggak kok , aku Cuma mau pinjem kok aja” jawab aku gugup.
“Nih koknya” sambil memberikan kok itu ke aku.
“tapiii,kalau gitu aku tidak main dong,kan koknya hanya satu” sambung Shinta.
“Gimana kalau kita main tim saja”.
Tiba-tiba Revine menarik tangan aku dan Shinta ke pinggir lapangan.
“Ngapain sih kita main sama anak panti asuhan itu?” marah Revine.
“Iya juga ya,ngapain kita main sama mereka,dia kan cuma anak panti asuhan”
“Kalau gitu kita pura-pura aja deh sama mereka,daripada mereka tersinggung”.
Aku langsung berjalan kearah Aldhis yang sedang duduk berada di tengah lapangan dengan Gifari.
“Maaf ya , Aku , Shinta , Revine ingin makan malam dulu jadi gak bisa main bersama kalian deh”.
“Ya sudah,gak apa-apa kok”.
Setelah itu aku  berjalan menuju Cottage yang melewati lapangan bulu tangkis itu.
“Jadi kita gak main dong?huh,bete tau” Shinta cemberut.
“Iya apa salahnya sih kita main sama dia?” sambil melihat kearah Aldhis dan Gifari bermain bulu tangkis di lapangan itu.
“Ya salah lah , dia kan anak panti asuhan , gak level kali!” marah Revine.
“Udah ah,kita ke lapangan capek-capek kan emang berniat untuk bermain bulu tangkis” jawab aku lagi sambil  menarik tangan Shinta dan berbalik arah ke lapangan.
“Eh tunggu,mau kemana?” Revine berdiri di depan aku dan Shinta sambil menutupi dengan badannya yang besar itu.
“Ya mau balik kesana lah,main bulu tangkis sama mereka”. Jawab aku.
“Ih malu-maluin aja nih,tadi aja udah nolak main sama mereka,sekarang malah mau main sama mereka lagi”.
“Ya ampun gak apa-apa kali,pasti dia mau kok main sama kita”.
“Gak ah,aku tetap gak mau,males main sama anak panti asuhan” sentak Revine yang masih tetap menutupi jalan.
“loh,bukannya kamu suka dengan sih Gifari itu ya?” rayu aku.
“Iya vine,memang kamu mau melihat Mona dan Gifari berduaan?” sambung Shinta.
“Ya sudah deh kalau gitu!” jawab Revine cemberut.
“udah kali jangan cemberut gitu , jelek tau gak , nanti kalau di lihat Gifari muka kamu kaya gitu , Gifarinya gak suka lagi”. Rayu aku sambil berjalan menuju lapangan kembali untuk bermain bulu tangkis.
Akhirnya rayuan dan bujukan aku berhasil membuat Revine mau bermain bulu tangkis bersama mereka lagi walaupun Revine masih sedikit ragu-ragu.
Tetapi saat aku berjalan menuju lapangan , sayang sekali saking gelapnya aku sampai tak melihat batu yang ada di depan kaki aku.
“gubrakkk” aku terjatuh.
Karena bunyinya keras sekali Shinta , revine , Aldhis , dan Gifari langsung menolongku , membantuku berdiri dan membawa aku ke tempat duduk yang berada di samping lapangan.
“aduhhh” , jerit aku lagi.
Tetapi tetap saja tak ada yang mempedulikan aku.
“Revine , Shinta lagi ngeliatin apa sih?” Tanya aku sambil memegangi kedua kakiku yang sakit.
“Lihat deh kok Aldhis dan Gifari terlihat sangat berkuasa ya di cafe itu , dan masa Aldhis menyuruh pelayan untuk mengambilkan betadine” jawab Revine sambil memperhatikangera-gerik Aldhis dan Gifari yang berada di cafe itu.
“huh sepertinya aku mulai gak yakin kalau dia itu anak panti asuhan” Shinta mengintip dari belakang bahu Revine.
“Ya enggaklah , dia saja datang kesini bersama-sama dengan anak panti asuhan”.
“ssstttt , awas orangnya datang” sambil menginjak kaki Revine yang berada di sebelah kananku.
“auuuww” jerit Shinta kesakitan.
“Kenapa?” semua melihat kearah Shinta.
“oohh , tidak apa-apa kok” jawab Shinta.
“Kalau gitu sini kakinya” Gifari duduk di bawah kaki aku dan meneteskan betadine ke kakiku yang lecet dan berdarah.
“sudah-sudah gifari , biar aku saja yang mengurus kaki Mona” cemburu Aldhis dan menarik betadine yang berada di tangan Gifari.
“Ya sudah , lagian sudah selesai kok” sahut Gifari sambil kembali duduk di samping kiriku.
“oh…”
“Oh iya tempat panti asuhan kalian itu di Bogor atau di Jakarta sih?” Tanya Revine sambil menatap Gifari dari jauh.
“Hah? Panti Asuhan?”
“hahaha” tawa Aldhis terpingkal-pingkal.
“Kalian mengira kami anak panti asuhan ya?” sambil menengok sebentar ke arah Aldhis.
“loh , jadi kalian?” Tanya aku.
“Iya jadi gini hari ini adalah 40 harian meninggalnya nenek aku dan Gifari , dan arena Hotel CIK MUNGIL ini miliknya jadi kami merayakannya disini bersama-sama dengan anak panti asuhan.
Aku menengok kearah Revine dan Shinta dengan malunya dan langsung meminta maaf karena telah membicarakannya yang tidak-tidak.
“ehmm , aku minta maaf ya aku sudah ngomongin kamu yang enggak-enggak” malu aku.

“Iya aku juga minta maaf” sambung Revine dan Shinta.
“Iya tidak apa-apa kok”.
“yuk” sahut Revine dan Shinta.
Saat Aldhis , Revine , Gifari dan Shinta jalan menuju kearah lapangan sepertinya mereka melupakan aku.
“hai kok aku tidak diajak sih?”
Lalu mereka berbalik ke tempatku dan langsung duduk disamping aku.
“Setelah aku pikir-pikir kalau tadi aku tidak terjatuh pasti kita tidak akan berteman seperti ini”. Aldhis langsung memegang tangan aku.
“Benar banget tuh kalau jatuh , Gifari dan Shinta tidak akan bisa dekat seperti ini ya”. Aldhis mendekati aku dan memegang tangan aku lagi.
“Iya” cemberut Revine.
“Berarti kita memang di takdirin untuk menjadi sahabat”.
“Ah yakin lo gif? paling juga lo besok jadian sama Shinta”. Ledek Aldhis.
“gak lah , kita sahabatan aja  tapi kalau seandainya gue suka sama Shinta ga salahkan? Gue juga suka kok sama Revine”. Jawab Gifari sambil menatap Shinta dan Revine.

“ah jangan sok romantis deh lo !! udh malam nih”.
“Sirik aja lo dis” senyum Gifari ke Aldhis.
“Ya sudahlah , kan sudah malam sekali saatnya kita untuk tidur” sambil berdiri.
“Iya , besok pagi kita terusin lagi saja , kita bertemu di lapangan ini lagi” sambung Revine sambil berdiri.
“Tapi…”
“Kenapa dis?”.
“Kita sudah jadi sahabat kan?” Tanya Aldhis.
“iya kita sahabatan” sahut aku.
“tapi kalau gue suka sama lo gimana?” Tanya Aldhis lagi.
“hahaha” tawa Mona.
“Sudah sudah janji sahabat ya” sambung Gifari.
“janji ya kita jangan pisah”.
“oke deh senang bisa kenal kalian”.
“selamat malam sahabatku”.
Dan malam ini kami berjanji akan selalu bersahabat dan selalu ada dalam suka dan duka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar